SKI | Jakarta – Dalam rangka memperkuat sektor Industri Kecil Menengah (IKM) sebagai salah satu penggerak utama ekonomi menuju Indonesia Emas 2045, Kementerian Perindustrian Republik Indonesia melalui Balai Pemberdayaan Industri Fesyen dan Kreatif (BPIFK) akan menyelenggarakan acara INSPIRA 2024 (Investasi & Sinergi Produk IKM Nusantara). Acara ini diadakan
<span;>sebagai bagian dari program Creative Business Incubator (CBI) yang berfokus pada peningkatan kapasitas usaha bagi pelaku IKM di subsektor fesyen dan kriya.
Diketahui bahwa, INSPIRA merupakan inisiatif baru yang dilaksanakan sebagai bagian dari Gebyar IKMA 2024 CBI, dengan fokus untuk meningkatkan kapasitas usaha bagi IKM dalam mempersiapkan mereka dalam peningkatan skalabilitas usaha melalui pendanaan untuk perluasan pasar. Inisiasi ini dipersembahkan oleh Kementerian Perindustrian melalui Balai Pemberdayaan Industri Fesyen dan Kreatif (BPIFK).
INSPIRA 2024, berlangsung pada 9–10 November 2024 di Wyndham Casablanca Hotel, Jakarta, secara khusus dirancang bagi IKM dari program CBI untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi sesi Temu Investor dan business pitching.
Acara ini diharapkan dapat menjadi jembatan bagi para pelaku IKM untuk menarik minat investor dan memperluas jaringan mereka melalui pendanaan, sekaligus memberikan kesempatan kepada para IKM untuk mendapatkan masukan dari para ahli dan investor untuk mengembangkan kapasitas dan kualitas usaha mereka. ujar Direktur Industri Aneka dan IKM, Kimia, Sandang, dan Kerajinan, Alexandra Arri Cahyani, S.H., MPP., dalam sambutannya pada pembukaan INSPIRA, minggu (10/11/24).
Agenda utama INSPIRA 2024 meliputi sesi talkshow yang membahas mengenai model pendanaan untuk IKM, dilanjutkan dengan workshop dan coaching untuk membantu peserta mempersiapkan pitch deck dan teknik presentasi bisnis di tanggal 09 November 2024. Pada 10 November 2024, acara dilanjutkan dengan sesi Temu Investor dan business pitching, di mana 27 IKM berkesempatan bertemu langsung dengan investor seperti Adesco Group, ALAMI, ANGO Ventures, Bahana Artha Ventura, Bank Hijra, BNI Ventures, BRI Ventures, Bizhare, Terratai, YCAB Ventures, dan beberapa Angel Investor untuk mendiskusikan peluang pendanaan.
Dari jumlah tersebut, 10 IKM terpilih untuk mempresentasikan bisnis mereka dihadapan para investor, termasuk Apparelclothes, Elok Gallery, Enigma Art Textile, Nisa Hamzah, Porteegoods, Robries, Rubycraft, Shalda, Theacastor, dan Winkle World untuk mempresentasikan bisnis mereka melalui business pitching.
Melalui sesi business pitching ini, salah satu IKM, Elok Gallery, berhasil mencapai kesepakatan pendanaan dengan Fajar Anugerah, yang tentunya menjadi sebuah langkah maju bagi IKM tersebut.
Melalui INSPIRA 2024, BPIFK berharap dapat memfasilitasi terciptanya lebih banyak kolaborasi antara IKM dan investor, yang pada gilirannya akan mendorong pengembangan industri kreatif di Indonesia. Dengan demikian, acara ini juga sejalan dengan visi pemerintah untuk menjadikan sektor industri kreatif produktif sebagai salah satu motor penggerak utama perekonomian Indonesia dalam menghadapi Indonesia Emas 2045.
Disisi yang sama, Dirjen IKMA Ir.Reni Yanita,M.Si menuturkan, terimakasih kepada seluruh pihak yang berkontribusi mendampingi para peserta dalam Program Coaching Creative Business Incubator Tahun 2024 ini. Hal ini tentu menjadi komitmen kita bersama dalam mendorong IKM fesyen dan kriya ke level yang semakin maju.
Nilai ekspor Ekonomi kreatif juga menorehkan prestasi, capaian pada semester I 2024 nilai ekspor mencapai US$ 12,36 miliar naik 4,46 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2023, dimana 3 (tiga) subsektor yang memberikan kontribusi terbesar adalah fesyen, kriya dan kuliner. Dari tiga subsektor tersebut negara tujuan utama ekspor yakni Amerika Serikat, Swiss, Jepang, Hong Kong, dan India.
Kita perlu menjaga bahkan meningkatkan angka tersebut, tentu dengan harapan memberikan dampak baik pada perekonomian Indonesia. Semangat ini juga selaras dengan misi Asta Cita oleh Presiden saat ini yakni misi nomor tiga, meningkatkan lapangan kerja yang berkualitas, mendorong kewirausahaan, mengembangkan industri kreatif, serta misi nomor lima, melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri, ungkapnya.
Salah satu investor, Natali Ardianto, S.Kom,M.T.I, ungkapkan bahwa, kita sebagai investor itu kalou foundernya sendiri bisa ngomong keuangan dengan lancar, karena sebagai investor kan intinya hanya menaruh uang, jadi mereka harus mengelolah uang ini agar tidak habis bahkan bisa jadi untung, itu yang fundamental.
Saya pribadi dengan istri senang sekali investasi di semua taraf, dan selama pengalaman saya sebagai fonder dan investor dalam dunia ini ada 3 hal yang Fundamental, pertama produk, bila tidak bagus ya tidak akan laku juga, kedua marketing dan ke tiga finansial.
Harapan saya kita semua rekan-rekan yang lagi ada di inkubasi yang sedang proses tracing belajar bahwa kita sedang belajar buat sesuatu itu minimal untuk 10 tahun kedepan, bukan hanya untuk 6 atau 12 bulan kedepan, jadi pola pikir itu yang harus kita kaji bareng-bareng, jadi bila ingin Sustainable biasanya visi misinya harus besar, tegas Natali kepada awak media. (Why).