SKI| Lombok Tengah – Walaupun Indonesia khususnya Lombok Tengah dikenal akan Pantainya yang luas, namun tidak menjadi tolak ukur harga garam yang kian tinggi bisa menurun
Salah satu petani garam di Desa Kidang, Kecamatan Praya Timur, Kabupaten Lombok Tengah Datuk atau Amak Sani menjelaskan bahwa, beberapa bulan terakhir harga garam menembus diangka Satu juta per Kwintal
Hal itu dikarenakan curah hujan yang tinggi beberapa bulan lalu dan sehingga stok garam di wilayah selatan Lombok Tengah berkurang
“Ada mungkin dua bulanan ini harga garam tembus 450-500 ribu per 50 Kilogram,” katanya saat ditemui di lokasi tambak Kamis (25|5).
Sebelumnya, semenjak ia menjadi petani garam selama 11 tahun, tidak pernah ditemukan harga garam yang meningkat drastis seperti ini.
“Sebelumnya itu hanya diangka 100-50 saja, tapi sebagai petani kami merasa bersyukur,” ungkapnya.
Ia menerangkan bahwa, proses sehingga menjadi garam tersebut memakan waktu sekitar 1 bukan, mulai dari penuaan air laut sampai jadi.
“Kalau sampai jadi itu ada dua proses, maknnya sampai 3 Minggu sampai 1 bulan,” tuturnya.
Amak Sani, dalam sekali panen bisa mendapatkan sampai dengan 5-6 Ton dengan luas areal sekitar 6 Are.
Kepala Desa Kidang Tarnadi menuturkan bahwa, adanya pelatihan yang diberikan kepada para petani sehingga bisa membuat garam jadi atau siap jual.
“Selama ini kan petani hanya menjual ke pengepul dan keliling saja,” katanya.
Selain itu, perlu adanya bantuan terpal sebagai alas pembuatan garam sehingga produksi bisa semakin meningkat.
“Kalau dibeli sama petani harganya cukup mahal, maknnya perlu ada bantuan dari Dinas terkait,”
Begitu juga dengan saluran irigasi yang kurang maksimal, diharapkan menjadi atensi Pemerintah, disamping Desa Kidang menjadi salah satu Desa penghasil garam di Lombok Tengah.
“Semoga dilihat lah sama pemerintah, dan diberikan bantuan, baik alat pengemasan maupun lainnya,” pungkasnya. (Riki).