SKI, Jakarta – Lagi-lagi hajat dan tekad KH Abah Anom yang diwakili Asep DOP dari Tim Produksi film semi dokumenter “Menjelang Senja di Bojongkokosan” dan daeng Herman dari Tim Produksi Film Daerah “Gerbang Dari Barat” bersama Aa’ Asep Muda didampingi Ruslan Raya dan Budi Arya dari Mata Sosial, mengunjungi Kantor Polresta Pelabuhan Ratu, Dinas Pariwisata, Disbudpora,Kodim 0607 Kota Sukabumi, dan Pendopo Bupati Sukabumi.
Tampilan Kasatserse Polres Sukabumi, Jayudin SH. yang berseragamkan dinas memperkuat kesan formil, namun begitu kami masuk ke ruang dinas yang ditata elegan, beliau menyambut sangat ramah. Respon positip terpancar dari wajah dan cara merespon saat Muhammad Husni Thamrin atau kang Asep DOP, mempresentasikan garis besar outline “Menjelang Senja Di Bojongkokosan”. Yang tak lagi melulu membahas soal sengitnya pertempuran yang makan begitu banyak korban dari kedua belah pihak.
Pertanyaan menggelitik yang muncul sebagai sebuah jawaban adalah di balik ketangguhan fisik dan semangat berapi-api para pejuang Bojongkokosan, pasti ada sebab kuat kenapa mereka menjadi setangguh dan semilitan itu? Adakah korelasi kuat dengan serangkaian tradisi ritus pengglemblengan para pejuang saat itu? Bagaimana pesan terakhir Letkol Sukardi menjelang kematiannya? Di mana hingga saat ini hanya orang-orang terdekat yang tahu.
Dialog semakin seru, ketika Daeng Herman, astrada asal Makasar yang admin Parfi itu mengurai motivasi penyebab kenapa ia begitu interest memproduksi film “Gerbang Dari Barat” yang sedianya akan dilakukan syuting lanjutan di antara tanggal 23, 24, dan 25 Juli 2019 berupa pertama, testimoni atau statemen dari Bupati/Walikota Sukabumi. Dan kedua, adegan kunjungannya Sulastri, 19, wanita enerjik, cantik, cerdas, dan taktis asal Malaysia yang sengaja datang ke Indonesia untuk me-riset tentang seni budaya dan wisata Sukabumi di rumah Bupati dan Walikota Sukabumi.
“Oke saya paham. Kalau Film itu bukan investigasi fakta. Itu dua unsur yang beda. Harus bisa kita pilah dengan tegas biar gak rancu dalam aplikasi pembuatannya antara Film dan Investigasi Fakta”, tegas Jayudin SH.
Hanya ada dua petugas yang menerima surat pemberitahuan syuting dari PT. FANS. Dengan sedikit penjelasan bahwa kepala dinas sedang tidak ada di tempat, seolah juga sedang menitipkan doa bagi rencana mulia PT.FANS akan sebuah kebangkitan peradaban dan kebudayaan Sukabumi.
Dra. Yanti Irianti, kabid Kebudayaan, menyambut baik kehadiran tim produksi, yang tak hanya menyerahkan surat pemberitahuan syuting lalu pulang, namun suasana dialektis pun terjadi, saling merespon.
“Gerbang dari setiap pergerakan dan perjuangan di Sukabumi ini dimulai dari peristiwa pertemuan Bojongkokosan. Jika ada yang mengangkatnya ke layar lebar, saya secara pribadi atau pun mewakili instansi merasa sangat bangga dan terbantu. Kami siap mendukung rencana PT. Fans”, sambut Dra. Yanti Irianti.
Edeng Sofyan, kasie Jarah Nitra, pun antusias menyatakan bahwa masih banyak potensi Sukabumi yang belum tergarap. Sejarah Kota Pelabuhan Ratu misalnya, atau misteri kamar 308 Grand Inna Samudera Beach Hotel, atau yang sebelumnya lebih dikenal dengan nama SBH, Samudera Beach Hotel. Bahkan Syukuran Nelayan, Syukuran Kasepuhan, Jelajah Sejarah 47 kecamatan, dan masih banyak lagi.
“Itu benar, saat kami riset pun ada Fenomena Cikidang, Kerajaan Garuda Gajah di Gunung Kembar dan memang masih banyak yang belum tergarap. Idealnya di Sukabumi itu sudah berdiri Gedung Museum Budaya dan Purbakala”, tutur Budi Arya, pendiri BOMA, Barisan Olot Masyarakat Adat.
Ruslan Raya dari Mata Sosial mengusulkan pendirian museum itu baiknya di desa Sitepus, Pelabuhan Ratu, berdekatan dengan Hotel GISBH, dengan pantainya yang sudah dikenal secara Internasional. Agar semua peninggalan bersejarah yang sudah ditemukan, berupa situs dan artefak, berikut seni budayanya dapat lebih terkonsentrasikan.
Hal ini menunjukkan betapa kurangnya pengelolaan database Sukabumi. Tentunya akan menjadi peluang sangat menarik bagi PT.FANS.
Kunjungan berikutnya adalah Kodim 0607 Kota Sukabumi. Tepat pukul 17.35 WIB disambut Komandan Hidayat, dilanjut pertemuan dengan Letkol Kav. Mujahidin S.sos.
“Saya sangat mengapresiasi adanya putra-putra Daerah yang peduli dengan daerahnya. Kalo gak sekarang kapan lagi. Saya yakin isi film ini tak ada muatan pemburaman atau pembelokkan sejarah. Kalau sudah nyambung 1,2,3,4 tentunya bisa dipertanggungjawabkan. Kami bisa bantu untuk masuk dalam program Wasbang, Wawasan Kebangsaan. Dan jika butuh bantuan material, saya bisa bantu, jika dibutuhkan”, kata dari Letkol Kav. Mujahidin S.sos. penuh antusias, pada pukul 18.01 WIB.
Di Pendopo Bupati Sukabumi, Tim PT. FANS hanya menyerahkan surat audensi dan syuting kepada sekuriti di pos penjaga, pukul 19.17 WIB, karena saat itu bapak bupati Drs. H. Marwan Hamami, MM. sedang dinas ke luar kota.
Tepat Pukul 20.37 WIB, Tim PT. FANS merapat ke Museum Palagan Bojongkokosan menemui H Abah Anom yang telah tiba tadi pagi jam 08.12 WIB. Beliau tampak sangat bahagia saat berbincang-bincang sekaligus melakukan koordinasi singkat bersama anggota pasukan LMPI.
Aa Ruslan Sutisna atau panggilan akrab di akun facebooknya Ruslan Raya dengan group facebooknya bernama MATA SOSIAL, dan Budi Arya, ketua Komunitas Gabungan Pers Sukabumi, yang langsung duduk mendampingi H. Abah Anom bersama daeng Herman Suleman Salim, Aa Asep Muda, dan Kang Asep DOP, sempat tersentak saat beliau membisikkan kalimat penggugah jiwa di depan pasukan LMPI.
“Tiada kata lain yang lebih tepat dan berenergi untuk memuluskan proses membesarkan Sukabumi, kecuali Dengar ! Tangkap ! lalu Eksekusi!”, tegas beliau penuh wibawa dan kasih dengan keramahan yang tetap terjaga. Tersenyum dengan sorot mata tajam seolah sedang menatap kejayaan masa depan bagi tanah Sukabumi, tempat asal kelahiran orangtuanya.
Tim Perijinan PT FANS, bersama rekan-rekan LMPI dan Mata Sosial, terus mengawal H. Abah Anom hingga ke Wisma, tempat di mana beliau menginap, untuk melaporkan hasil proses pengurusan perijinan, menyampaikan respon beberapa instansi dan menginformasikan hasil tangkapan info, gagasan, bahkan advis untuk perkembangan PT FANS ke depan.
Kegotongroyongan yang indah, yang telah dibangun di atas mahkota cinta, telah membuahkan hasil ke-BhinnekaTunggalIka-an yang solid. Saat kehadiran PT FANS disongsong dengan tangan terbuka oleh seluruh keluarga instansi terkait yang telah dikunjunginya pada hari Kamis, 18 Juli 2019, menjadi itikad yang tak perlu diragukan lagi ketulusannya.
Keberangkatan Tim PT. Fans pun pada jam 09.17 WIB dari rumah Drs. H. Zaenal Arifin, dan kembali sampai di rumah beliau pukul 03.34. WIB menjadi lebih berarti. (Red SKI).
Komentar