SKI Denpasar – Menyambut adanya Hari AIDS Sedunia tanggal 1 Desember, Jaringan Penelitian HIV Indonesia (JPHIV INA) telah menyelenggarakan sebuah pertemuan jaringan nasional dengan Tema Mempromosikan kebijakan pencegahan HIV berdasarkan bukti ilmiah terbaik. Adapun Sub tema yang diangkat dibagi berdasarkan kerangka nasional program HIV STOP (Suluh, Temukan, Obati, Pencegahan dan Pertahankan). Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan visibilitas JPHIV-INA, meningkatkan kesadaran mitra, pemangku kepentingan dan JPHIV-INA, menyoroti temuan dan inovasi terkini di tingkat nasional dan lokal serta Menumbuhkan kemitraan yang tangguh dan strategis baik dalam program maupun penelitian.
Menggabungkan Pertemuan Nasional HIV (Pernas) dengan Perayaan Nasional Hari AIDS Sedunia tidak hanya memperkuat komitmen Indonesia dalam mengatasi epidemi HIV AIDS tetapi juga menyoroti kolaborasi sinergis antara JPHIV dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Indonesia. Komunitas terbukti ampuh dapat membantu eliminasi HIV di tahun 2030 serta sinergitas dari berbagai pihak akan mempercepat laju eliminasi HIV. Seahingga tema yang diambil pun berkaitan dengan komunitas yaitu Bergerak Bersama Komunitas akhiri AIDS di Tahun 2030. Setelah selesai terlaksananya peringatan AIDS Sedunia (HAS) maka dilanjutkan dengan deklarasi adanya jaringan penelitian HIV/AIDS yang digawangi oleh Prof. Pande Putu Januraga, MPH, DrPH Bersama dengan PPH Unika Atma Jaya, UGM, UI serta komunitas lainnya.
Pembukaan pertemuan nasional jaringan penelitian HIV/AIDS di Indonesia (Pernas JPHIV-INA) mengingatkan kembali fokus Nasional dengan penurunan insiden HIV/AIDS melalui STOP (Suluh, Temukan, Obati, Pertahankan, Pencegahan). Kegiatan Pernas ini bekerjasama sama dengan BAMHOI (Bali Annual Scientific Meeting on HIV and Opportunistic Infection) melaksanakan pemaparan hasil penelitian berbasis bukti yang menjawab terkait dengan proses pelaksanaan STOP (Suluh, Temukan, Obati, Pertahankan, Pencegahan). Berbagai pembicara handal telah mengisi acara Pernas in Conjuction with Bamhoi. Sebanyak 45 pembicara dari berbagai kalangan mulai dari Guru Besar, akademisi, praktisi, pemerhati HIV/AIDS serta komunitas.
Kegiatan pernas juga membuka call for abstract untuk seluruh peneliti di seluruh Indonesia dengan batas waktu penerimaan 2 minggu. Faktanya bahwa terdapat 222 abstrak yang masuk dari berbagai daerah di Indonesia sebagai pemerhati HIV/AIDS. Namun yang dapat lolos terpilih dan mempresentasikan poster ke Bali sebanyak 30 poster. Ini berarti bahwa antusias sangat tinggi dilakukan oleh peneliti HIV/AIDS untuk melakukan deseminasi hasil penelitian mereka dan untuk perkembangan evidence based mencapai akhiri HIV di tahun 2030.
Kegiatan hari pertama tanggal 1 Desember selain diisi dengan penayangan poster menggunakan digital, Pernas memulai seminarnya dengan program suluh dan temukan. Terdapat berbagai pembicara yang telah memiliki evidence based terkini terkait Program Lolipop-HIV untuk anak remaja dengan meningkatkan pengetahuan mereka tentang pencegahan HIV/AIDS, selanjutnya terkait dengan self testing yang menjadi salah satu cara yang mudah dilakukan untuk menemukan insiden baru HIV serta pentingnya pengobatan segera dan monitoring viral load untuk keberlanjutan ARV. Program test and treat harus terus berjalan dengan maksimal sehingga seluruh orang dengan HIV/AIDS mendapatkan pengobatan yang maksimal.
Pada hari kedua di tanggal 2 Desember dilanjutkan Kembali dengan strategi dengan penayangan poster dan membahas strategi pertahankan dan pencegahan. Para pembicara membahas evidence Sirkumsisi sebagai salah satu Upaya pencegahan berbasis non perilaku untuk penurunan penularan HIV/AIDS, penggunaan kondom, konsumsi PrEP serta konsumsi ARV yang Adherence. Pernas tahun 2023 saat ini juga melakukan symposia berupa program pencegahan penularan dari ibu ke bayinya, serta pelaksanaan triple eliminasi berupa pemeriksaan HIVAIDS, sifilis dan hepatitis B pada seluruh ibu hamil. Pelaksanaan dari triple eliminasi ini membutuhkan peran dari berbagai lintas sektor untuk dapat menelusuri seluruh ibu hamil agar dapat melakukan pemeriksaan triple eliminasi sesuai PMK 23 tahun 2022.
Special lecture juga disajikan dalam acara pernas dari Universitas Gajah Mada dan Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo (RSCM). Nyatanya peran riset implementasi sangat diperlukan untuk dapat meningkatkan kualitas serta kinerja program dan penanggulangan HIV. Selanjutnya membahas mengenai penyakit terbaru saat ini yang ditemukan di Indonesia yaitu Mpox atau Monkey pox terkait epidemiologi sampai manifestasi dan penatalaksanaan dari mpox. Faktanya bahwa HIV merupakan komorbid dari tingginya morbiditas bahkan mortalitas dari Mpox.
Di akhir acara terdapat closing statement kedepan tantangan dan agenda penelitian terkait HIV/AIDS yang disampaikan langsung oleh JPHIV bahwa penelitian terkait HIV yang banyak saat ini adalah penelitian epidemiologi. Perlu perbaikan riset kedepan yang lebih kuat dan lebih berdampak untuk Masyarakat banyak dan khususnya populasi kunci di Indonesia. Rencana penelitian selanjutnya diharapkan tetap mendorong local evidence untuk peluang pendanaan di daerah.
Pertemuan tahunan penelitian HIV nasional ini telah mendapat dukungan finansial dari berbagai organisasi, termasuk Global Fund, Kementerian Kesehatan, UNAIDS Indonesia, serta donor dan sponsor terkait lainnya.(red)