SKI Jakarta – hari ini HP dan WA saya nyaris tidak berhenti menerima Call langsung maupun Text WA yang ingin mengkonfirmasi hipotesis Dr.Eng Rismon Hasiholan Sianipar, S.T, M.T, M.Eng (RHS) tentang Ijazah dan Skripsi Joko Widodo (JkW) yang dikatakakannya sebagai “Seribu persen / 1000 % Palsu” (menilik dari Font / Huruf yang digunakannya dan OS / Operating System saat Ijazah dan Skripsi tersebut dibuat tahun 1985, alias sudah 40 tahun silam). Sedikit disclaimer di awal, meski kami pernah silang pendapat dalam kasus Kopi Sianida Jessica Wongso karena perbedaan titik pandang -yang tetap ilmiah juga- saat itu, namun dalam kasus ini kami sejalan dan saling menguatkan.
Alhamdulillah apa yang didalilkan oleh RHS saat ini identik, sistematis dan jadi sangat sesuai dengan Analisis yang sudah pernah saya sampaikan sekitar 5 (lima) tahun lalu, tepatnya Selasa, 25/02/20 dalam Akun X (saat itu masih bernama Twitter) @KRMTRoySuryo2 pukul 13.27 WIB, oleh sebab itu sayapun disini menyatakan berterimakasih dan mendukung Hipotesis RHS saat ini. Dapat dilihat dalam Jejak Digital link x.com/KRMTRoySuryo2/status/1232190348916453377 yang menampilkan 4 (empat) lampiran, masing-masing Halaman “Buku Wisuda” tahun 1985 yang memuat Foto Alm. Hari Mulyono namun ditulis dengan nama “JkW”, Copy “Ijazah JkW” yang tidak pernah bisa dibuktikan keaslian dan bahkan bentuk Fisik Aslinya hingga saat ini, Skrinsut dari laman Online Public Acess Catalog (OPAC) opac.lib.ugm.ac.id dan tentu saja Sampul luar berikut “Halaman pengesahan” yang sama dengan hasil hipotesis RHS yang dipublikasikan hari-hari ini.
Cuitan saya 5 tahun lalu itupun memperkuat postingan sehari sebelumnya (Senin, 24/02/20 14.43 WIB) x.com/KRMTRoySuryo2/status/1232209584216920065 yang juga berisi 4 (empat) lampiran, masing-masing adalah Foto “Drs. JkW” (bergelar “Drs”) saat kunjungan di Pabrik Sritex bersama Alm. HM Lukminto 20/09/06, Foto dengan titel “Ir. JkW” bersama pak FX Hadi Rudiyatmo, “Akta Kelahiran JkW” -seharusnya 1961- yang baru dibuat tahun 1988 (?) dan Skrinsut DetikCom tahun 2017 yang memberitakan pergantian nama “Mulyono jadi JkW”. Semua lampiran dalam dua Twit lima tahun lalu itu masing-masing sudah saya berikan tanda khusus berupa higlighting berbentuk kotak dan panah yang menunjukkan keanehan / keganjilannya. Terkhusus untuk Ijazah dan Skripsi sebagaimana hipotesis RHS kemarin, saat itupun sudah disampaikan detail bagaimana temuan yang ada, termasuk soal Font / Huruf yang digunakan. Dalam berbagai Seminar maupun Diskusi Aktivis beberapa tahun terakhir pun, Analisis ini kerap saya sampaikan dan paparkan secara terbuka ke publik sebelumnya, sebagaimana juga dilakukan oleh dr. Tifa.
Secara detail dapat dijelaskan sebagai berikut, teknologi printing / pencetakan mengalami perkembangan sesuai dengan perangkat komputer itu sendiri. Semenjak IBM (International Business Machine) merilis PC (Personal Computer) untuk perseorangan pada 12/08/81, terbukalah kesempatan masyarakat untuk menggunakan komputer. Hal ini terjadi karena komputer sebelumnya, meski prinsip kerja dan cikal bakalnya sudah ada semenjak tahun 50-an dengan ENIAC (Electronic Number Integrated Advance Computer), bentuknya masih sangat besar, bulky, tidak praktis dan hanya tersedia di Kampus-kampus, Pabrik, Instansi Pemerintah, atau Kantor-kantor besar sebagai Mini Computer dan Main frame saja.
IBM-PC proyeknya dipimpin oleh Don Estridge dan timnya di IBM Boca Raton, Florida, menggunakan sistem operasi PC DOS 1.0, yang dikembangkan oleh Microsoft atas lisensi dari IBM. Disisi lain ada pesaingnya yakni Apple Computer dari Apple Inc yang didirikan pada 01/04/76 oleh Steve Jobs, Steve Wozniak, dan Ronald Wayne. Apple I dirilis pada 11/04/76. Apple menjadi sangat dikenal semenjak Apple II yang mudah digunakan karena menggunakan Graphical User Interface (GUI) semenjak 16/04/77. Namun kesuksesannya semakin menjadi ketika 24/01/84 Apple merilis Macintosh yang dikembangkan oleh tim yang dipimpin oleh Jef Raskin dan disempurnakan oleh Steve Jobs. Harap diingat bahwa semua teknologi diatas tidak serta merta bisa dinikmati di Indonesia, perlu waktu antara 2-5 tahun (sekitar akhir 80-an atau awal 90-an).
Sama halnya dengan teknologi mesin pencetak / printer komputer, meski awalnya jenis Dot-Matrix sudah diciptakan oleh IBM pada tahun 1957 dengan model IBM 1403, tetapi printer dot matrix komersial pertama adalah Epson MX-80, yang dirilis pada Oktober 1980 dan di Indonesia Printer Dot Matrix mulai dikenal dengan Epaon LX-80 dan LX-800 pada awal tahun 90-an. Selanjutnya baru dikenal teknologi Printer Laser yang populer dari Hewlett-Packard (HP) LaserJet pada Mei 1984. Karena LaserJet dirasa mahal dan boros listrik saat itu, dikembangkan teknologi InkJet dan yang sukses secara konersial adalah HP DeskJet, yang baru dirilis pada 1988. Printer ini menggunakan teknologi penyemprotan tinta ke kertas dengan kualitas cetak yang lebih baik dibandingkan dot matrix.
Jadi Font / Huruf yang dihasilkan oleh tiap jenis Printer-pun berbeda, tergantung kacanggihan teknologi dan Program serta sistem Operasi yang digunakan. Di Indonesia Pengolah kata yang populer saat itu adalah WordStar (WS) keluaran MicroPro bagi pelajar mahasiswa Asli kampus dalam negeri. Sedangkan bagi mahasiswa yang studi di luarnegeri lebih akrab dengan Word-Perfect (WP). Selain WS dan WP, dulu kalau mau fasih komputer biasanya juga harus kursus Program Speadsheet Lotus-123, Database dBase dan pemrograman BASIC, selanjutnya Pascal, C bahkan Assembler. Kembali ke WS, baru pada era WS 5.5 dan dilanjut dengan WS 6.0 dapat cocok dengan Printer LaserJet dan InkJet, karena WS-WS versi sebelumnya baru ada Driver untuk Printer Dot Matrix.
Jenis Huruf (Font) yang tersediapun juga saat Dot Matrix sangat terbatas, hanya Courier dan Sans-Serif untuk Non-Proporisional (NP) disamping Roman dan Helvetica untuk Proporsional (Pr). Beda antara NP dan Pr ini juga sangat krusial alias penting. Karena jika NP maka lebar huruf “i” dan “m” akan sama, sedangkan jika Pr maka jelas huruf “i” akan terlihat pipih tidak selebar huruf “m”. Penulisan Artikel atau Skripsi saat itu jika dihitung menggunakan “berapa huruf per baris, perhalaman atau totalnya” akan sulit dihitung jika Pr / Proporsional karena bisa berbeda tiap barisnya, maka artikel apalagi Skripsi tahun-tahun itu diharuskan menggunakan Jenis Huruf Courier / Sans-Serif sebagaimana Huruf mesin ketik biasa / manual / elektronik sekalipun yang Non-Proporsional.
Saya sendiripun mengalami saat Skripsi, meskipun saat itu sudah tahun 1991 (alias enam tahun sesudah “Skripsi JkW” itu konon ditulis tahun 1985) tetap diharuskan oleh UGM menggunakan jenis huruf Courier / Sanserif meskipun sudah mencetak Skripsi menggunakan Printer Laser HP LaserJet II+ dan HP DeskJet 500c (Color) untuk tabel berwarna, karena harga Printer LaserJet Color saat itu sama dengan harga sebuah Mobil (Rp. 25 Jutaan). Skripsi saya memang sudah ditulis menggunakan Komputer IBM PC-AT 286, MS-DOS dan WordStar 6.0 dan disimpan di Harddisk, bukan Disket lagi, tapi harus diingat saat itu sudah tahun 1991 dan itupun masih banyak Skripsi yang diketik menggunakan Mesin ketik manual seperti Brother / Olympia, jadi tetap harus menggunakan Huruf Courier yang Non-Propprsional sebagai standar penulisan ilmiah Skripsi Asli UGM yang resmi.
Kesimpulannya, Terimakasih RHS yang sudah memiliki Novelty (kebaruan) dari apa yang saya lakukan 5 (lima) tahun lalu dengan datang langsung ke Perpustakaan Fak Kehutanan UGM untuk semakin memperkuat Analisis saya waktu itu. Kita tunggu pakar / peneliti lain yang masih waras dan berani sebagaimana RHS, Dokter Tifauzia Tiasumma (dr. Tifa), Dr. Leony Lidya (ITB-Unpas), Hairul Anas Suaidi Mahmud (ITB), Akhyar (ITB) dsb yang berani membongkar borok-borok rezim JkW, termasuk soal Fufufafa dan SIREKAP sebelumnya. Indonesia harus diselamatkan untuk menuju #IndonesuaEmas2045 dengan berani secara ilmiah dan speak up terus suarakan #AdiliJokowi dan #MakzulkanFufufafa … !
Narasumber : Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes – Pemerhati Telematika, Multimedia, AI & OCB Independen.
Editor : Harun. S.T. M. I. Kom