SKI| Lombok Tengah- Wakil Bupati Lombok Tengah M.Nursiah mengajak seluruh Stakeholder baik BUMD, BUMN, Instansi Vertikal dan Organisasi Kemasyarakatan untuk bersama-sama peduli dalam pencegahan dan penurunan angka stunting.
Selain itu juga diharapkan turut mensiosialisasikan kebijakan pemberian protein hewani bagi ibu hamil dan anak stunting Se-Lombok Tengah dalam waktu dekat ini.
“Pemberian protein hewani tersebut diberikan kepada anak yang usianya 6 sampai dengan 24 bulan yang mengalami stunting, akan diberikan 2 (dua) butir telur setiap hari selama 3 bulan. Sedangkan untuk ibu hamil yang mengalami Kekurangan Energi Kronis (KEK) akan diberikan 1 (satu) butir telur selama 3 bulan,” ungkapnya
Untuk mengorganisasikan pemberian protein hewani ini, akan menggunakan Tim TPPS yang telah dibentuk dengan di ketuai dari Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk Dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Loteng dan Dinas Kesehatan dengan melibatkan Tim Pendamping Keluarga di tiap-tiap Desa dan Ahli Gizi di semua Puskesmas.
Dijelaskan bahwa, Stunting merupakan persoalan yang sangat serius yang menyangkut tumbuh kembang anak-anak. Jika tumbuh kembang anak-anak kterganggu, maka masa depan daerah dan negara kita juga akan terganggu.
“Semoga dengan Aksi Bersama Peduli Stunting ini, dapat segera menurunkan angka stunting dengan target 14% pada tahun 2024, untuk mencetak generasi masa depan Loteng yang lebih baik,” terangnya
Sementara itu dr. Nasrulloh perwakilan Dikes menjelaskan bahwa berdasarkan data EPPGBM sampai dengan bulan Februari 2023, angka stunting di Loteng yakni 17,40% atau 15.956.
“Data ini sudah diverifikasi oleh Provinsi NTB, karena di wilayah NTB mengacu ke Data EPPGBM yang dientry total coverage by name by address dari pendataan pengukuran setiap bulan oleh Posyandu,” jelasnya
Lanjutnya, saat ini memang masih terdapat selisih data stunting dengan data SSGI pada bulan September 2022 dimana angka stunting Loteng 37%, sedangkan data EPPGBM diangka 20,81%. Hal ini disebabkan, data survei hanya 650 sampel, sedangkan total balita sebanyak 91.000.
“Aplikasi SSGI dan EPPGBM sama-sama dari Aplikasi dari Kementerian Kesehatan. Aplikasi SSGI dipakai sebagai acuan perencanaan, sedangkan EPPGBM dipakai untuk intervensi stunting,” tutupnya (Riki).